(Lagu Queen yang ini mengiringi kepergian Ical. Semoga damai disana)

A hand above the water
An angel reaching the sky
It is raining in Heaven –
Do you want us to cry?

And everywhere the broken-hearted
On every lonely avenue
No-one could reach them
No-one but you

Chorus:
One by one
Only the Good die young
They’re only flyin’ too close to the sun
And life goes on –
Without you…

Another Tricky Situation
I get to drownin’ in the Blues
And I find myself thinkin’
Well -what would you do?

Yes! -it was such an operation
Forever paying every due
Hell, you made a sensation
You found a way through -and

One by one
Only the Good die young
They’re only flyin’ too close to the sun
We’ll remember –
Forever…

And now the party must be over
I guess we’ll never understand
The sense of your leaving
Was it the way it was planned?

And so we grace another table
And raise our glasses one more time
There’s a face at the window
And I ain’t never, never sayin’ goodbye…

One by one
Only the Good die young
They’re only flyin’ too close to the sun
Cryin’ for nothing
Cryin’ for no-one
No-one but you

October Sky

October 31, 2008

Hmm.. mengapa saya rasanya tiba-tiba ingin corat-coret entah apa, sesuai dengan perasaan dan pikiran saya yang sedang carut-marut penuh dengan berbagai hal yang tidak bisa saya definisikan sendiri. Hari ini, hari terakhir di bulan Oktober, tentunya juga menjadi langit malam terakhir di bulan Oktober. Untuk sebagian orang di belahan bumi sebelah sana, malam ini diramaikan dengan ritual perayaan helloween yang meriah. Tapi, saya disini melewatkan mala mini dengan “ngebut” membuat paper untuk proceeding APRIM 2008, meeting astronomi yang kemaren sempat saya hadiri di Kunming. Deadline untuk submit paper adalah besok, 1 November, jam 11 malam! Lagi-lagi saya belum bisa mendisiplinkan diri saya untuk tidak menunda-nunda pekerjaan, apapun itu. Kalau sudah dekat deadline, (atau untuk kasus APRIM ini, kalau sudah deadline besok) barulah saya mulai mengerjakan, dengan terburu-buru dan panic. **(How fool and careless!)**. Dan, oh my God, apa yang sedang saya kerjakan sekarang? Bukannya insaf dan “ngebut” mengerjakan proceeding, saya malah asik corat-coret menumpahkan isi hati saya yang sudah sejak lama tidak dapat saya definisikan.

Hari ini dimulai dengan berita duka yang mengejutkan. Pagi tadi sahabat saya, Sawung, sms mengabarkan teman kami sejurusan astronomi, angkatan 97, Faisal Reza atau yang akrab dengan panggilan ical, meninggal dunia karena sakit. Beberapa hari yang lalu ia diterbangkan ke Makassar, kota asalnya, setelah sebelumnya sempat masuk Rumah Sakit di Bandung. Saya kaget dan betul-betul tidak menyangka. Ia bukan hanya seorang teman, ia sahabat untuk semua yang mengenalnya saya rasa. Terlebih lagi untuk komunitas astronomi yang memang kecil seperti kami. Sedih.. sedih karena kehilangan seorang yang potensial seperti dirinya. Padahal ia berencana ikut menggiatkan Langit Selatan bersama kami, dan berencana membuat sebuah film astronomi tahun depan bersama kami, dan rencana-rencana lainnya. Ia juga masih ingin kuliah lagi di astronomi. Begitu besarnya kecintaannya untuk astronomi. Sehingga kepergiannya betul-betul seperti hilangnya sebuah harapan dalam dunia astronomi di Indonesia. Dan bukan untuk dunia astronomi Indonesia saja, saya rasa kepergiannya juga membuat seorang humanis, seorang aktivis kemanusiaan, berkurang seorang di Indonesia. Ical yang selalu siap pergi menolong kemana saja tempat terjadinya bencana alam. Tsunami di Aceh, gempa di Yogya, dan tempat-tempat lainnya. Ia yang terlihat garang dan menakutkan, memiliki hati yang tulus untuk sesamanya tanpa pandang kulit. Ical yang potensial. Ical yang meramaikan gurita malam dengan dentingan dawai gitar dari jemarinya. Ical yang setia kawan. Ical yang macho. Ical yang menarik. Ical yang baik. Ical.. Ical yang.. ah sudahlah, menuliskan hal ini saja sudah membuat hati meringis. (Lantunan sebuah lagu Queen “No One But You (Only the Good Die Young)” saya rasa pas untuk mengiringi kepergiannya saat ini: “One by one.. Only the good die young.. they’re only flying too close to the sun.. And life goes on.. Without you…). Sobat, semoga engkau damai disisi-Nya. Amin..

Malam masih panjang. Ada Onah dan Aira yang menemaniku. Sudah beberapa hari ini saya melalui malam dengan teman, satu atau dua orang, yang menemani saya dan nginep di kamar saya. Entah mengapa saya merasa harus ditemani, butuh teman atau pengalih perhatian agar pikiran saya tidak melayang-layang dengan liarnya kemana-kemana yang akhirnya bisa membuat hati saya babak-bunyak. Rasanya saya memang butuh bantuan untuk jiwa yang sedang rapuh ini. Kesibukan yang saya lalui selama tiga hari lalu tidak juga membantu. ICMNS yang kemaren sudah saya lalui dengan “cukup”lah, dan lagi-lagi saya mangkir dari kewajiban saya membuat full-paper untuk proceedingnya tepat waktu. Padahal menurut aturannya, deadline full paper harus di submit paling lambat tanggal 30 Oktober. Teman-teman yang lain juga belum menyelesaikannya juga sih. Tapi ini seharusnya tidak menjadi alasan saya untuk abai.

Sekarang, makan malam yang kami pesan sudah datang. Tapi saya belum tergugah untuk menyantapnya. Mungkin nanti, atau tidak jangan-jangan. Pikiran saya sudah terlalu penuh dengan hal-hal rumit yang membuat hal-hal sederhana sulit saya resapi. Hati saya sudah terlalu rapuh dengan hal-hal berat yang membuatnya menjadi terlalu sensitif akan segala hal. Langit malam terakhir di bulan Oktober, saya harap jika kita bertemu lagi tahun depan, keadaan saya sudah jauh membaik. Sehingga saya kembali bisa mengakrabimu lagi seperti dulu, langit-langit Oktober yang selalu saya rindukan sejak kecil.